Foto By Lili |
Drama
dan tari tidak dapat dipisahkan. Keduanya bagaikan dua warna permukaan daun
sirih, punya rasa dan aroma yang sama. Budaya Bali mempunyai ragam kesenian drama
dan tari yang cukup banyak.
Salah satunya yaitu Arja Sewagati.
Arja Sewagati merupakan kesenian yang juga dikenal dengan arja duduk. Selain
tarian, yang ditonjolkan dalam kesenian ini adalah dialog-dialog yang
ditembangkan. Arja Sewagati menceritakan tentang seorang perempuan cantik yang
ingin dipinang oleh dua lelaki secara bersamaan. Dua lelaki itu sama tampan,
dan sama pintar. Hanya saja, harta yang membedakan mereka. Si perempuan cantik
jatuh cinta pada pandangan pertama kepada lelaki yang lebih sederhana.
Sedangkan orang tuanya, lebih memilih lelaki kaya untuk menjadi pendamping hidupnya. Pertimbangan
demi pertimbangan dilakukan oleh si perempuan cantik dan orangtuanya. Sampai
pada akhirnya, si perempuan cantik bisa lega karena ia diperbolehkan memilih
lelaki yang dicintainya.
Untuk
menampilkan sebuah Arja Sewagati, diperlukan lebih dari 10 orang. Di Bali,
kelompok orang yang bekerja sama dalam suatu hal, misalnya dalam hal seni drama
dan tari disebut dengan Sekha. Salah
satu sekha Arja Sewagati yang masih
aktif adalah sekha Arja Sewagati “Kerti Winangun”. Sekha dari Dusun Pengajaran, Desa Berangbang, Kecamatan Negara, Kabupaten
Jembrana ini adalah kelompok seniman arja yang diundang dalam Pesta Kesenian
Bali (PKB) tiap tahunnya. Sekha “Kerti
Winangun” berjumlah 12 orang, dimana pemain atau lakonnya berjumlah 4 orang dan
yang lainnya sebagai pengisi tabuh. Tiga pemain utama bernama Ratna Semara,
Mudalara, dan Sewagati. Seorang pemain lagi berperan sebagai Ibu Ni Sewagati. Sedangkan,
pemain tabuh memainkan gamelan yang disebut dengan “Geguntangan”
yang terdiri
atas kendang, kecek, tawe-tawe, klenang, dan gep (gong).
doc by Lili |
Kenyataan
pahit harus diterima dengan lapang dada oleh sekha Arja Sewagati Kerti
Winangun. Pasalnya, kesenian Arja Sewagati sudah jarang diminati warga Bali.
Ini dibuktikan dari Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2011 lalu, tepatnya hari
Jumat, tanggal 9 Juli. Pementasan yang diadakan di Wantilan
Taman Budaya Bali ini hanya diapresiasi tak lebih dari
sepuluh orang penonton. Arja
Sewagati dengan format pementasan dalam posisi duduk (berkostum arja lengkap)
menampilkan lakon "Ratna Semara". “Kendati
sepi penonton, sekha tetap berupaya
memikat penonton lewat alunan tembang-tembang merdu dan melankolis”, Ujar Ketua
Sekha, I Gusti Putu Mawa.